Wednesday, October 7, 2015

Pak Marsono


Rabu, 30 September 2015 di Taman Topi, Bogor, saya menghampiri seorang bapak yang sedang duduk di ayunan bersama anaknya, saat saya hampiri untuk melakukan wawancara mengenai leisure time, bapak itu terlihat ragu pada awalnya, ia beralasan bahwa ia tidak begitu mengerti bagaimana cara di wawancara, namun setelah saya sedikit  membujuknya, ia pun akhirnya setuju untuk di wawancara.

Bapak itu bernama Marsono, ia berusia 41 tahun dan memiliki 2 orang anak laki – laki. Pada saat itu, ia hanya bersama anak bungsunya, sedangkan istri dan anak sulungnya berada di rumah, “iya, mbak, ini anak saya, yang bontot, kalau yang besar di rumah sama istri, jaga warung,” ujarnya. Pak Marsono bertempat tinggal di Citayam, Depok. Siang itu, ia sedang menemani anaknya bermain ayunan di Taman Topi. Tidak hanya anaknya, Pak Marsono juga sedang berayun – ayun di ayunan tersebut, dan wajahnya pun terlihat sama senangnya seperti anaknya.

Saat saya menanyakan kapan ia biasanya memiliki waktu luang, Pak Marsono menjawab waktu luangnya adalah saat ia sedang tidak berjualan di warung atau saat warung tutup, “kalo ini kebetulan anak saya minta jalan – jalan habis lebaran, jadi istri saya yang jaga warung, saya nemenin ini, si bontot,” ujarnya sambil menunjuk ke anaknya. Saat ditanya apa yang biasanya ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya, Pak Marsono berkata, “wah, apa ya mbak, saya sih apa aja, yang penting sama keluarga, soalnya kan saya hampir selalu sama mereka, di warung, di rumah, jadi ini pergi cuma berdua aja rasanya ada yang ngganjel gitu ninggal istri sama kakaknya dirumah.” Ia juga menjelaskan bahwa ia sangat menyayangi keluarganya, “gimana ya mbak, istri saya jaga warung kok saya sama anak jalan – jalan,” ungkapnya sambil menunjukkan raut wajah sedih karena kali ini ia tidak dapat meluangkan waktu luangnya bersama seluruh keluarganya. Saat saya mencoba menggali lebih dalam arti keluarga bagi Pak Marsono, ia menjawab, “keluarga ya nomor satu, mbak, saya susah, seneng, mereka selalu ada sama saya,” ujarnya.


Saat saya menanyakan mengapa memilih Taman Topi sebagai tempat tujuannya hari itu, Pak Marsono berkata, “Taman ini deket dari stasiun, mbak, jadi ngga perlu naik angkot lagi, masuknya murah lagi, jajanannya juga ngga mahal kalau anak saya minta minum atau cemilan, terus dari rumah saya cuma beberapa stasiun langsung sampai, kereta-nya juga murah, pakai AC lagi, adem.” Saat saya menanyakan apakah ada alasan lain selain karena jarak dan harga, Pak Marsono berkata, “disini adem, mbak, bisa duduk – duduk, banyak mainannya buat anak saya, saya seneng aja kalo liat anak main – main, saya juga sekalian ngelepas capek, santai – santai.” Saat saya menanyakan apakah ada tempat lain selain Taman Topi yang pernah ia kunjungi di Bogor, ia menjawab bahwa Kebun Raya Bogor merupakan tujuan yang cukup ia suka, “Kebun Raya mbak, saya suka banyak pohon gede – gede, adem banget, lebih bersih dari sini, cuma harganya lumayan lebih mahal,” ungkapnya.

No comments:

Post a Comment